You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Selasa, 23 Agustus 2011

Review : The tree of Life


Director : Terrence Malick
Writer : Terrence Malick
Stars : Brad Pitt, Sean Penn, Jessica Chastain, Fiona Shaw, Michael Showers
Running Time : 139min
Budget : $32,000,000 (estimated)
Gross : $12,472,585 (USA) (14 August 2011)

Apa yang tengah dialami para sinemas kita, seiring dengan usia mereka yang semakin lanjut, pertanyaan demi pertanyaan besar mulai mencuat di benak mereka. Setelah film terbaru Clint Eastwood “Hereafter” mengisahkan seputar kehidupan setelah akhirat, kini hadir Terrence Malick dengan “Tree of Life".

Dengan Brad Pitt selaku sang producer, film ini sekarang menjadi serbuan penonton setelah memenangkan penghargaan bergengsi Palme d’Or di Festival Film Cannes, Perancis dua minggu lalu.

Namun menonton film ini tidak sama seperti menonton film-film lainnya, ceritanya tidak terlalu menghibur. Film ini semata mencerminkan wajah alam semesta dan kosmos, yang pada permukaan menceritakan kisah sekelompok kecil manusia.

Alur cerita film ini mengacu pada berbagai sumber, sekilas seperti kombinasi antara Discovery Channel, Earth and Animal Planet, Science Channel’s The Cosmos, bahkan ada beberapa adegan kecil Jurassic Park dan cuplikan narasi keluarga. Ini merupakan simfoni, sebuah karya sinematik, sebuah puisi gambar. Tontonan ini sangat menguras pikiran. Penonton bioskop yang mengerti meditasi harus mengosongkan pikiran dan memperlambat nafas mereka. Jika Anda ingin popcorn, bisa mencoba “Thor”.

Sekilas tentang “Thor”, film ini menyinggung sedikit dua hal dalam The Three of Life. “Yggdrasil”, pohon kehidupan raksasa dalam mitologi Nordik, lebih diperjelas dalam Thor dan sangat mungkin menjadi pilihan Malick untuk judul filmnya. Kedua film juga mengupas ceita tentang dinamika spektakuler dari kosmos-galaksi spiral besar yang berputar, bintang putih kerdil, raksasa merah, bintang neutron, lubang cacing, lubang hitam, dan yang menakjubkan, galaksi “Mata Surga” yang terlihat sangat jelas.

Adapun cuplikan kisah manusia, Sean Penn, memainkan karakter Jack, di kantor pencakar langitnya ia memikirkan tentang kematian dalam sebuah keluarga di Midwestern pada 1950. Jack mempertanyakan makna kehidupan. Dua tema yang tampak melalui film, yaitu kekuatan alam dan kekuatan kasih karunia.

Kita seolah diundang untuk mengerti bahwa mungkin dua kekuatan ini membentuk segala sesuatu. Dalam unsur mikrokosmis keluarga, Brad Pitt memainkan karakter seorang ayah otoriter yang penuh kekerasan, dan artis pendatang baru Jessica Chastain memainkan seorang perempuan yang lemah lembut. Sementara gambaran kehidupan anak laki-laki mereka sangat tegang dan nostalgia, seperti kehidupan anak laki-laki muda yang diceritakan Rob Reine dalam “Stand By Me.”

Samudera, bukit pasir, puisi, pola cahaya, kelahiran manusia, kelahiran bintang-bintang, bisik filosofi, paduan suara, gunung berapi, awan, air terjun, batu merah, dinosaurus, air panas, ubur-ubur, primata, sekuoya ... “ke manakah jiwa pergi setelah kematian? “... “Mengapa ayah menyakiti kami?” ... “Aku tidak melihat kemuliaan” ... “Cara untuk bahagia hanyalah mencintai, atau hidup Anda akan tidak bermakna.”

Kondisi ini segera menghasilkan beberapa pertanyaan besar yang cenderung dipertanyakan manusia. Secara bersamaan, dengan menggunakan apa yang tampaknya seperti potret gambar seluruh lingkup makrokosmis dan mikrokosmos terlihat sampai saat ini, itu mungkin sebuah jawaban yang akan muncul di pikiran hanya dengan memperluas sudut pandang kita.

Film ini menantang pertanyaan “Dapatkah ilmu pengetahuan modern menjelaskan semuanya?” Kita tidak selalu dapat melihat dengan leluasa melalui lensa. Saya teringat pada sebuah pepatah timur yang mengatakan bahwa: “Ketika Anda mundur satu langkah saat menghadapi suatu konflik, Anda akan menemukan Bumi dan Lautan tak terbatas, dan situasi tentunya akan berubah.”

Lebih banyak film semacam ini akan lebih baik. Aku melihat bahwa apabila kita tidak mulai mengisi pikiran kita dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, memperlambat nafas kita, dan beristirahat dari seluruh aktivitas, perasaan kita akan kasih akan semakin berkurang dan berkurang, dan hidup ini akan menjadi tak bermakna.

Saya sangat merekomendasikan Thor (versi 3-D), dan The Tree of Life. Jika Anda mengalami kesulitan, pelajaran dalam film ini akan membantu Anda mengambil langkah mundur dari konflik, dan menempatkan segala hal dalam perspektif.
Sumber :
-IMDB
DiKutip dari:
-Epochtimes

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger news

Advertisement

Comments

Chat Box

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Featured Posts

Selasa, 23 Agustus 2011

Review : The tree of Life


Director : Terrence Malick
Writer : Terrence Malick
Stars : Brad Pitt, Sean Penn, Jessica Chastain, Fiona Shaw, Michael Showers
Running Time : 139min
Budget : $32,000,000 (estimated)
Gross : $12,472,585 (USA) (14 August 2011)

Apa yang tengah dialami para sinemas kita, seiring dengan usia mereka yang semakin lanjut, pertanyaan demi pertanyaan besar mulai mencuat di benak mereka. Setelah film terbaru Clint Eastwood “Hereafter” mengisahkan seputar kehidupan setelah akhirat, kini hadir Terrence Malick dengan “Tree of Life".

Dengan Brad Pitt selaku sang producer, film ini sekarang menjadi serbuan penonton setelah memenangkan penghargaan bergengsi Palme d’Or di Festival Film Cannes, Perancis dua minggu lalu.

Namun menonton film ini tidak sama seperti menonton film-film lainnya, ceritanya tidak terlalu menghibur. Film ini semata mencerminkan wajah alam semesta dan kosmos, yang pada permukaan menceritakan kisah sekelompok kecil manusia.

Alur cerita film ini mengacu pada berbagai sumber, sekilas seperti kombinasi antara Discovery Channel, Earth and Animal Planet, Science Channel’s The Cosmos, bahkan ada beberapa adegan kecil Jurassic Park dan cuplikan narasi keluarga. Ini merupakan simfoni, sebuah karya sinematik, sebuah puisi gambar. Tontonan ini sangat menguras pikiran. Penonton bioskop yang mengerti meditasi harus mengosongkan pikiran dan memperlambat nafas mereka. Jika Anda ingin popcorn, bisa mencoba “Thor”.

Sekilas tentang “Thor”, film ini menyinggung sedikit dua hal dalam The Three of Life. “Yggdrasil”, pohon kehidupan raksasa dalam mitologi Nordik, lebih diperjelas dalam Thor dan sangat mungkin menjadi pilihan Malick untuk judul filmnya. Kedua film juga mengupas ceita tentang dinamika spektakuler dari kosmos-galaksi spiral besar yang berputar, bintang putih kerdil, raksasa merah, bintang neutron, lubang cacing, lubang hitam, dan yang menakjubkan, galaksi “Mata Surga” yang terlihat sangat jelas.

Adapun cuplikan kisah manusia, Sean Penn, memainkan karakter Jack, di kantor pencakar langitnya ia memikirkan tentang kematian dalam sebuah keluarga di Midwestern pada 1950. Jack mempertanyakan makna kehidupan. Dua tema yang tampak melalui film, yaitu kekuatan alam dan kekuatan kasih karunia.

Kita seolah diundang untuk mengerti bahwa mungkin dua kekuatan ini membentuk segala sesuatu. Dalam unsur mikrokosmis keluarga, Brad Pitt memainkan karakter seorang ayah otoriter yang penuh kekerasan, dan artis pendatang baru Jessica Chastain memainkan seorang perempuan yang lemah lembut. Sementara gambaran kehidupan anak laki-laki mereka sangat tegang dan nostalgia, seperti kehidupan anak laki-laki muda yang diceritakan Rob Reine dalam “Stand By Me.”

Samudera, bukit pasir, puisi, pola cahaya, kelahiran manusia, kelahiran bintang-bintang, bisik filosofi, paduan suara, gunung berapi, awan, air terjun, batu merah, dinosaurus, air panas, ubur-ubur, primata, sekuoya ... “ke manakah jiwa pergi setelah kematian? “... “Mengapa ayah menyakiti kami?” ... “Aku tidak melihat kemuliaan” ... “Cara untuk bahagia hanyalah mencintai, atau hidup Anda akan tidak bermakna.”

Kondisi ini segera menghasilkan beberapa pertanyaan besar yang cenderung dipertanyakan manusia. Secara bersamaan, dengan menggunakan apa yang tampaknya seperti potret gambar seluruh lingkup makrokosmis dan mikrokosmos terlihat sampai saat ini, itu mungkin sebuah jawaban yang akan muncul di pikiran hanya dengan memperluas sudut pandang kita.

Film ini menantang pertanyaan “Dapatkah ilmu pengetahuan modern menjelaskan semuanya?” Kita tidak selalu dapat melihat dengan leluasa melalui lensa. Saya teringat pada sebuah pepatah timur yang mengatakan bahwa: “Ketika Anda mundur satu langkah saat menghadapi suatu konflik, Anda akan menemukan Bumi dan Lautan tak terbatas, dan situasi tentunya akan berubah.”

Lebih banyak film semacam ini akan lebih baik. Aku melihat bahwa apabila kita tidak mulai mengisi pikiran kita dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, memperlambat nafas kita, dan beristirahat dari seluruh aktivitas, perasaan kita akan kasih akan semakin berkurang dan berkurang, dan hidup ini akan menjadi tak bermakna.

Saya sangat merekomendasikan Thor (versi 3-D), dan The Tree of Life. Jika Anda mengalami kesulitan, pelajaran dalam film ini akan membantu Anda mengambil langkah mundur dari konflik, dan menempatkan segala hal dalam perspektif.
Sumber :
-IMDB
DiKutip dari:
-Epochtimes

0 komentar:

Posting Komentar

About This Blog

Blog Archive

  © Blogger template Coozie by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP